Pancasila Sebagai Precept Bukan Thaught
PANCASILA SBG "PRECEPT" bukan "THAGHUT"
by Suteki
Apakah Pancasila pantas diwujudkan sebagai mahluk bengis tanpa kasih. Meluluhlantakkan semua yang mengkritisinya. Inikah Pancasila itu?
Pancasila dalam pandangan Islam hanyalah norma moral sosial, norma hukum nasional yang tidak boleh dipertuhankan. Norma yang lebih tinggi tetaplah kitab suci. Tidak boleh dipahami sebaliknya. Taghut itu berhala yang disembah-sembah layaknya tuhan. Maka Pancasila tidak seharusnya dipersonifikasikan atau dijizimkan dalam bentuk berhala yang disembah melebihi Tuhan dan perintahnya. Itu maksudnya apa itu thagut.
Saya sudah berulang kali menyebutkan bahwa Pancasila as A PRECEPT. Ajaran moral bagi bangsa Indonesia yang memiliki karakter sebagai IMPERATIF kategoris dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun kehidupan mondial. Perintah itu tidak bisa ditawar mestinya. Nah, ketika Pancasila hanya dipahami sebagai berhala, sosok jizim yang dipertuhankan, maka Pancasila akan kehilangan ruhnya sebagai precept. Hal ini berakibat lanjut pada pengkultusan Pancasila secara membabi buta dengan dengan sekedar menjadikannya sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaan atau bahkan sebagai alat gebuk bagi orang atau kelompok orang warga bangsa yang mencoba mengkritisinya apalagi beroposisi dengan kebijakan pemerintah yang berlindung dibalik Tameng Pancasila.
Saya setuju dalam keempat bidang kehidupan di atas Pancasila dipakai sebagai batu uji untuk jalan benarnya kehidupan tersebut tetapi dalam masyarakat yang dikenal sebagai THE OPEN SOCIETY seharusnya disadari bahwa membangun bangsa dan negara ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu pro pemerintah maupun dengan oposisi. Kelompok oposisi memang bertugas mengkritisi politik kebijakan serta hukum pemerintah. Jadi seandainya ada perbedaan bahkan ada kritik, kritik ini bukanlah dianggap sebagai musuh atau lawan yang harus dibumihanguskan, diluluhlantakkan hingga tidak tersisa. Bukan! Merangkulnya, bukan memukulnya. Memeluknya bukan menekuknya adalah jalan keluar menuju kebersamaan. Saya yakin memukul itu hanya akan terus menyisakan dendam kesumat tiada akhir. Pengalaman sejarah menunjukkan fakta seperti itu. Dendam itu tinggal menunggu waktu. Bom waktu. Booooom..!!!
SAYA CINTA INDONESIA
SAYA CINTA PANCASILA
SAYA CINTA PANCASILA
SAYA CINTA KEBHINEKAAN TUNGGAL IKA
SAYA CINTA KEBHINEKAAN TUNGGAL IKA
SAYA CINTA TOLERANCE
SAYA CINTA TOLERANSI
SAYA CINTA PERSATUAN DALAM KERAGAMAN
DALAM KERAGAMAN ITU ADA BERAGAM AGAMA
ISLAM BAGIAN SALAH SATU KERAGAMAN ITU
LINDUNGI BUKAN DIMUSUHI
RANGKUL BUKAN UNTUK DIPUKUL
Agar ilustrasi tautan gambar berikut hanya ilusi.
by Suteki
Apakah Pancasila pantas diwujudkan sebagai mahluk bengis tanpa kasih. Meluluhlantakkan semua yang mengkritisinya. Inikah Pancasila itu?
Pancasila dalam pandangan Islam hanyalah norma moral sosial, norma hukum nasional yang tidak boleh dipertuhankan. Norma yang lebih tinggi tetaplah kitab suci. Tidak boleh dipahami sebaliknya. Taghut itu berhala yang disembah-sembah layaknya tuhan. Maka Pancasila tidak seharusnya dipersonifikasikan atau dijizimkan dalam bentuk berhala yang disembah melebihi Tuhan dan perintahnya. Itu maksudnya apa itu thagut.
Saya sudah berulang kali menyebutkan bahwa Pancasila as A PRECEPT. Ajaran moral bagi bangsa Indonesia yang memiliki karakter sebagai IMPERATIF kategoris dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun kehidupan mondial. Perintah itu tidak bisa ditawar mestinya. Nah, ketika Pancasila hanya dipahami sebagai berhala, sosok jizim yang dipertuhankan, maka Pancasila akan kehilangan ruhnya sebagai precept. Hal ini berakibat lanjut pada pengkultusan Pancasila secara membabi buta dengan dengan sekedar menjadikannya sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaan atau bahkan sebagai alat gebuk bagi orang atau kelompok orang warga bangsa yang mencoba mengkritisinya apalagi beroposisi dengan kebijakan pemerintah yang berlindung dibalik Tameng Pancasila.
Saya setuju dalam keempat bidang kehidupan di atas Pancasila dipakai sebagai batu uji untuk jalan benarnya kehidupan tersebut tetapi dalam masyarakat yang dikenal sebagai THE OPEN SOCIETY seharusnya disadari bahwa membangun bangsa dan negara ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu pro pemerintah maupun dengan oposisi. Kelompok oposisi memang bertugas mengkritisi politik kebijakan serta hukum pemerintah. Jadi seandainya ada perbedaan bahkan ada kritik, kritik ini bukanlah dianggap sebagai musuh atau lawan yang harus dibumihanguskan, diluluhlantakkan hingga tidak tersisa. Bukan! Merangkulnya, bukan memukulnya. Memeluknya bukan menekuknya adalah jalan keluar menuju kebersamaan. Saya yakin memukul itu hanya akan terus menyisakan dendam kesumat tiada akhir. Pengalaman sejarah menunjukkan fakta seperti itu. Dendam itu tinggal menunggu waktu. Bom waktu. Booooom..!!!
SAYA CINTA INDONESIA
SAYA CINTA PANCASILA
SAYA CINTA PANCASILA
SAYA CINTA KEBHINEKAAN TUNGGAL IKA
SAYA CINTA KEBHINEKAAN TUNGGAL IKA
SAYA CINTA TOLERANCE
SAYA CINTA TOLERANSI
SAYA CINTA PERSATUAN DALAM KERAGAMAN
DALAM KERAGAMAN ITU ADA BERAGAM AGAMA
ISLAM BAGIAN SALAH SATU KERAGAMAN ITU
LINDUNGI BUKAN DIMUSUHI
RANGKUL BUKAN UNTUK DIPUKUL
Agar ilustrasi tautan gambar berikut hanya ilusi.

Komentar
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik dan ilmiah......