The Life Is Not Puzzling
THE LIFE IS NOT PUZZLING
by John Suteki
Teman netizen, ada yang bertanya tentang persoalan eksistensi dan sustainabilitas sebuah sistem bernegara. Saya berprinsip: sistem bernegara mana pun belum final. Masih dslsm proses menjadi meskipun disepakati final namun hukum alam tetap bekerja. Dunia ini panthareih... bergerak mengalir tiada henti. Bisa dan lumrah kalau kita melihat orang dalam keadaan bercinta, seolah tiada cacat cela dan berjanji sehidup semati, final tidak akan mencari pengganti apalagi melirik orang lain. Benarkah begitu? Tidak bukan. Hidup ini "not puzzling, but amoeba!"
Puzzle, karakter puzzle adalah berupa rangkaian potongan yang tidak tergantikan oleh potongan lainnya. Kaku, keras dan dingin. No mercy! Kejumudan inilah yang seringkali---bila tidak menempatkannya dengan arif---berakhir pada "kedunguan" karena tertutup dan menutup diri dengan kesombongan bahwa sistemnya abadi dan tak terbantahkan, tak tergantikan. Semuanya berharga mati, meski realitasnya tidak demikian.
Amoeba, karakternya lentur, progresif tetapi tetap memiliki prinsip hidup. Bukan berarti tidak punya pendirian. Sistem tidak mati melainkan hidup karena tetap memperhatikan asupan dari lingkungan yang mengelilinginya. Karena punya prinsip inilah meski ada warna lain di sekelilingnya, sistem itu tidak terpengaruh secara langsung. Tidak ada harga mati dalam komponen sistem kecuali prinsip-prinsip dasarnya. Sistem inilah yang dalam ilmu pengetahuan modern disebut oleh Niklas Luhmann sebagai sistem AUTOPOIETIC.
Tiga ideologi besar dunia (liberalisme, sosialisme-komunis, dan Islam) yang mem-back up sistem pemerintahan negara pun akhirnya akan terus bersaing menembus kejumudan di antara mereka. Tidak ada yang abadi kecuali ketidakabadian itu sendiri. Tidak ada harga mati kecuali kematian itu sendiri.
So what? Harga mati itu sebuah sistem yang sebenarnya bertentangan dengan hukum alam yang panthareih!
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik dan ilmiah......