Menuju Sekularitas, Maukah?
MENUJU SEKULARISASI, MAUKAH?
by Suteki
Kolom Agama/Kepercayaan dlm Blangko KTP dihilangkan?
Saya tidak setuju. Itu justru tidak mencerminkan kita sebagai insan Pancasila. Untuk apa sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita akan tambah goblok, bukan tambah pinter. Kecerdasan spiritual itu penting dalam hidup, bukan kecerdasan intelektual saja.
Pada waktunya nanti kita harus punya rezim pemerintahan yang benar-benar paham dengan grund norm kita, Pancasila. Penafsiran yang sekularistik hanya akan semakin menjauhkan insan manusia dari tujuan hidup berbangsa dan bernegara. Sejahtera lahir dan bathin. Baca kembali dan renungi makna PEMBUKAAN UUD NRI 1945.
Para pendiri negara ini sudah punya visi besar dan mulia bagaimana negara bangsa ini hendak dikembangkan dan dibesarkan. Ideologi negara dan konstitusi kita seharusnya menjadi LEITZTERN atau bintang pemandu bagi haluan bahtera Indonesia ini diarahkan. Kita berjalan bukan tanpa panduan, bukan tanpa kompas yang visioner. Hendaknya kepentingan rezim tidak menghalau arah bahtera ke arah vested interest yang bisa jadi menggiring negara bangsa ini menuju jurang kehancuran. Rezim yang tidak mengerti dan memahami LEITZTERN cenderung NURUTI kemauan kelompok dengan meminggirkan tujuan nasional negara bangsa ini.
Ini adalah negara yang kita kenal juga sebagai negara madani yang masyarakatnya disebut CIVIL SOCIETY. Dalam civil society tidak mungkin keberhasilan tujuan bangsa hanya mengandalkan satu kelompok pendukung pemerintah dengan mengabaikan kelompok lainnya baik yang pro maupun yang kontra. Baik ada dalam pemerintahan maupun oposisi sekalipun.
The open society butuh NGO-NGO yang mampu dan mau mengawal agar negara ini tetap on the track menjadi negara bangsa yang religiuos (religious nation state). Lihatlah sila pertama Pancasila: KETUHANAN YANG MAHA ESA. Lihatlah Pasal 29 ayat 1 UUD NRI 1945: NEGARA BERDASAR ATAS KETUHANAN YANG MAHA ESA. Begitu sulitkah kita secara formal sekalipun kita punya sense of crisis terhadap pelaksanaan leitztern ini meskipun hanya dengan mencantumkan kolom agama/kepercayaan penduduk atau warga negara Indonesia ini.
Malukah kita bila masyarakat dunia tahu bahwa kita punya identitas agama tertentu? Kalau semuanya harus seperti orang luar negeri yang tidak mencantumkan kolom agama atau kepercayaan dalam ID cardnya, lalu untuk apa kita tetap mempertahankan ideologi PANCASILA? For what, men? Ganti saja ideologi Pancasila dengan LIBERALISME sekalian. Atau KOMUNISME sekalian? Atau maunya in between? Lalu, buat apa kita mengklaim sebagai bangsa yang punya JATI DIRI?
Kita boleh sesongah bahwa kita cinta Pancasila, tapi ingatlah pelan tapi pasti sebenarnya kita tengah menuju perpisahan dengan MODUS VIVENDI itu. Mungkinkah kita pun akan menjadikan PANCASILA sebagai "MANTAN" ideologi negara bangsa ini menyusul HTI sebagai ormas yang mengusung ideologi Islam yang kaffah? Lalu, siapa lagi yg kita harapkan menjaga dan merawat ideologi bangsa negara ini bila para punggawa sendiri hendak memutar haluannya? Kalau bukan KITA siapa lagi? Kalau bukan SEKARANG kapan lagi!?
Link rujukan: Tjahyo Kumolo Dukung Ahmadiyah Dapat E-KTP, Kolom Agama Kosong
by Suteki
Kolom Agama/Kepercayaan dlm Blangko KTP dihilangkan?
Saya tidak setuju. Itu justru tidak mencerminkan kita sebagai insan Pancasila. Untuk apa sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita akan tambah goblok, bukan tambah pinter. Kecerdasan spiritual itu penting dalam hidup, bukan kecerdasan intelektual saja.
Pada waktunya nanti kita harus punya rezim pemerintahan yang benar-benar paham dengan grund norm kita, Pancasila. Penafsiran yang sekularistik hanya akan semakin menjauhkan insan manusia dari tujuan hidup berbangsa dan bernegara. Sejahtera lahir dan bathin. Baca kembali dan renungi makna PEMBUKAAN UUD NRI 1945.
Para pendiri negara ini sudah punya visi besar dan mulia bagaimana negara bangsa ini hendak dikembangkan dan dibesarkan. Ideologi negara dan konstitusi kita seharusnya menjadi LEITZTERN atau bintang pemandu bagi haluan bahtera Indonesia ini diarahkan. Kita berjalan bukan tanpa panduan, bukan tanpa kompas yang visioner. Hendaknya kepentingan rezim tidak menghalau arah bahtera ke arah vested interest yang bisa jadi menggiring negara bangsa ini menuju jurang kehancuran. Rezim yang tidak mengerti dan memahami LEITZTERN cenderung NURUTI kemauan kelompok dengan meminggirkan tujuan nasional negara bangsa ini.
Ini adalah negara yang kita kenal juga sebagai negara madani yang masyarakatnya disebut CIVIL SOCIETY. Dalam civil society tidak mungkin keberhasilan tujuan bangsa hanya mengandalkan satu kelompok pendukung pemerintah dengan mengabaikan kelompok lainnya baik yang pro maupun yang kontra. Baik ada dalam pemerintahan maupun oposisi sekalipun.
The open society butuh NGO-NGO yang mampu dan mau mengawal agar negara ini tetap on the track menjadi negara bangsa yang religiuos (religious nation state). Lihatlah sila pertama Pancasila: KETUHANAN YANG MAHA ESA. Lihatlah Pasal 29 ayat 1 UUD NRI 1945: NEGARA BERDASAR ATAS KETUHANAN YANG MAHA ESA. Begitu sulitkah kita secara formal sekalipun kita punya sense of crisis terhadap pelaksanaan leitztern ini meskipun hanya dengan mencantumkan kolom agama/kepercayaan penduduk atau warga negara Indonesia ini.
Malukah kita bila masyarakat dunia tahu bahwa kita punya identitas agama tertentu? Kalau semuanya harus seperti orang luar negeri yang tidak mencantumkan kolom agama atau kepercayaan dalam ID cardnya, lalu untuk apa kita tetap mempertahankan ideologi PANCASILA? For what, men? Ganti saja ideologi Pancasila dengan LIBERALISME sekalian. Atau KOMUNISME sekalian? Atau maunya in between? Lalu, buat apa kita mengklaim sebagai bangsa yang punya JATI DIRI?
Kita boleh sesongah bahwa kita cinta Pancasila, tapi ingatlah pelan tapi pasti sebenarnya kita tengah menuju perpisahan dengan MODUS VIVENDI itu. Mungkinkah kita pun akan menjadikan PANCASILA sebagai "MANTAN" ideologi negara bangsa ini menyusul HTI sebagai ormas yang mengusung ideologi Islam yang kaffah? Lalu, siapa lagi yg kita harapkan menjaga dan merawat ideologi bangsa negara ini bila para punggawa sendiri hendak memutar haluannya? Kalau bukan KITA siapa lagi? Kalau bukan SEKARANG kapan lagi!?
Link rujukan: Tjahyo Kumolo Dukung Ahmadiyah Dapat E-KTP, Kolom Agama Kosong
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik dan ilmiah......